Zainal Bintang: Kader Muda Jangan Biarkan Golkar Dibajak Kekuatan Gelap

    Zainal Bintang: Kader Muda Jangan Biarkan Golkar Dibajak Kekuatan Gelap
    Zainal Bintang, Wartawan Senior dan Pemerhati Masalah Sosial Budaya

    JAKARTA - Akhir-akhir ini Partai Golkar makin sering diperbincangkan. Sebagai parpol lama yang mempunyai kader, struktur dan infrastruktur yang relatif bagus dan stabil, Golkar tidak pernah sepi pemberitaan, termasuk perebutan kekuasaan di internal dan intrik dari luar halaman. Terkait dengan sikon tersebut, Zainal Bintang tokoh senior Golkar itu mengatakan kepada media, saat ini Golkar kelihatannya sukses melakukan pengkaderan yang tertata dan rapih. 

    Menurut Bintang, yang berkpirah di Golkar kurang lebih 50 tahun (sejak 1972),  dirinya mencatat ada sejumlah nama sebagai “bintang” muda yang memiliki kapasitas dan kapabilitas untuk merawat dan mempertahankan jati diri Golkar ke depan.  Dijajaran eksekutif, selain Airlangga Hartarto yang sekarang Ketua Umum, ada nama lain seperti Agus Gumiwang Kartasasmita (Menperin), Zainuddin Amali (Menpora), Jerry Sambuaga, (Wakil Menteri Perdagangan). 

    Di Senayan, ada Bambang Soesatyo (Ketua MPR), Ahmad Dolli Kurnia (Ketua Komisi II), Meutya Hafid (Ketua Komisi I) DPR), Ace Hasan Sazali (Wakil Ketua Komisi VIII) dan Adies Kadir (Wakil Ketua Komisi III), untuk menyebut beberapa nama. Termasuk Dave Laksono (Anggota Komisi I) sebagai “kembang” yang sedang mekar. “Nama-nama yang sekarang ada di eksekutif dan di legislatif itu sekadar sebagai contoh untuk menyebut beberapa nama. Kesemua kader Muda Golkar tersebut belakangan ini terlihat menonjol. Kiprah mereka dalam penugasan cukup membanggakan, ” ujar Bintang.

    Gonjang-ganjing yang menerpa Golkar akhir-akhir termasuk isu Munaslub, harus diantisipasi kader Golkar di seluruh Indonesia, kata Bintang  yang dikenal sebagai Ketua Kordinator “Eksponen Ormas Tri Karya” Golkar”. Wadah tersebut didirikannya bersama almarhum Mayjen (pur) Jenderal Suhardiman dan almarhum Fahmi Idris di Makassar (2002), dan masih berkiprah dari waktu ke waktu sampai hari ini. Fungsinnya sebagai “moral force”. Memantau kinerja pengurus Partai Golkar supaya tetap konsisten menegakkan prinsip “PDLT” (Prestasi, Dediaksi, Loyalitas dan Tidak Tercela).

    Belakangan ini marak isu adanya upaya kelompok “non Golkar” dari luar yang ingin “mengkooptasi” parpol berlambang Beringin rindang itu, Bintang memandang perlu dirinya mengingatkan kepada kader-kader muda supaya mawas diri. “Jangan biarkan Golkar dicaplok orang luar untuk kepentingan tertentu”, ujar Bintang kader teras Ormas MKGR, salah satu pendiri Golkar bersama Soksi dan Kosgoro (1964) menjawab pertanyaan media Sabtu (04/06/2022).
    Indikasi adanya upaya pencaplokan itu, menurut pemantauan media, didorong oleh meningginya dinamika politik menjelang Pemilu 2024.

    Sebagaimana diungkapkan Dahlan Iskan (DI) dalam artikelnya dalam Koran “Disway” punya DI yang berjudul “Munaslub Kendaraan” (2 Juni 2022). Dalam tulisannya itu DI mengatakan, “Itulah yang kini banyak dibincangkan. Sampai-sampai muncul spekulasi kenekatan yang lain: Ganjar dilewatkan Golkar saja! Jalan menuju ke sana pun sudah jadi bahan rumor yang asyik. Termasuk di dalam Golkar sendiri. Tentu, kalau bisa, Golkar akan diminta baik-baik. Termasuk tidak perlulah bikin syarat ketua umumnya minta jabatan cawapres. Dijamin tetap menjadi menko kan juga tidak kalah bergengsi –toh kemungkinan besar tidak akan ada lagi kasus minyak goreng. Yang penting tetap bisa melangsungkan tradisi Golkar: tetap berada dalam kekuasaan”.

    Menjawab pertanyaan media, Bintang yang juga wartawan senior itu menyebutkan, gonjang-ganjing dalam tubuh Golkar setiap menjelang Pemilu atau Munas memang bukan hal baru. Dia menyebut peristiwa Munas Golkar di Bali (2004), waktu Jusuf Kalla (JK) dengan mudah melengserkan  Akbar Tanjung (AT) yang petahana. JK sebagai Wapres sedangkan AT tidak ada jabatan. Pada Munas Golkar di Pekanbaru (2009) berulang lagi “ketegangan”. Abu Rizal Bakrie (ARB) yang didukung Presiden SBY  dengan mudah mengalahkan Surya Paloh (SP) yang didukung JK. Kedua tokoh itu waktu itu, tidak punya jabatan. 

    Namun demikian, Bintang yang pernah memimpin koran yang bersuara kritis di era Soeharto (Orba), mewanti-wanti kepada pemimpin muda Golkar supaya tetap solid. Kompak. Mawas diri selalu. Mereka harus kompak merawat dan melindungi Golkar dari upaya-upaya kooptasi. Salah satu faktor yang haus dihindari , “mereka jangan mudah dipecah belah”, kata Bintang. 

    Namun dirinya tidak menjawab dengan tegas dan juga tidak membantah, ketika dimintai konfirmasi tentang adanya desakan  kalangan kader muda dan senior Golkar supaya “Ekspoen Tri Karya” kembali turun tangan untuk turut serta melindungi Golkar dari upaya pembajakan, termasuk upaya pembajakan dari kekuasaan. Bintang hanya menjawab “Wait and See”. Kalau untuk kejayaan dan kebesaran Golkar tentu saja dirinya tidak akan tinggal diam menyumbang fikiran

    “Intinya, Kader Muda jangan biarkan Golkar dibajak kekuatan gelap!” tegas Bintang,  mengakhiri keterangannya. (***)

    ZAINAL BINTANG GOLKAR
    Tony Rosyid

    Tony Rosyid

    Artikel Sebelumnya

    Zainal Bintang: Teater Politik Indonesia,...

    Artikel Berikutnya

    Novita Wijayanti Apresiasi Progres Pembangunan...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Mengenal Lebih Dekat Koperasi
    Satgas Yonif 509 Kostrad Borong Hasil Tani Mama Papua, Dorong Ekonomi Lokal dan Jalin Kedekatan
    Hidayat Kampai: Nepo Baby, Privilege yang Jadi Tumpuan Kebijakan Publik?
    Wujudkan Masyarakat Sehat, Satgas Yonif 512/QY Gelar Patroli Kesehatan di Kampung Tatakra
    Yakinkan Logistik Pilkada Aman, Pos Ramil Elelim Kawal Hingga Tiba Di Lokasi Tujuan 

    Ikuti Kami